Kuda-kuda Balap Kereta Api Uap Indonesia Jaman Kolonial

Sebagai transportasi andalan masyarakat pada jaman kolonial Hindia-Belanda, kereta api dan trem di Jawa terus ditingkatkan pelayanannya termasuk juga kecepatannya. Perusahaan-perusahaan kereta api saling mengupgrade sarana dan prasarananya untuk mempersingkat waktu tempuh perjalanan kereta apinya. Diantaranya adalah SS(Staatsspoorwegen) milik negara dan NIS(Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij) milik swasta, kedua perusahaan tersebut memiliki lokomotif-lokomotif uap cepat. Kebanyakan lokomotif uap ekspres bertipe pacific(konfigurasi roda 4-6-2).

Kuda balap Staatsspoorwegen

Lokomotif uap seri SS370-380(C50)
Lokomotif uap seri SS877(C50)
Lokomotif SS1000(C53) tahun 1937
Lokomotif SS1000(C53) tahun 1937(Source: KITLV)

Di tahun 1911-1914, SS mendatangkan lokomotif seri SS377-386, SS711-716(jaman DKA seri C50) dari Hartmann Chemnitz(Jerman) dan SLM(Swiss) untuk menarik kereta penumpang ekspres jarak menengah-jauh. Seri C50 dapat mencapai kecepatan 80 km/jam. Tetapi pada uji coba kecepatan menghela kereta api penumpang sebuah lokomotif uap C50 berhasil menembus kecepatan 127 km/jam. Ini merupakan rekor lokomotif uap tercepat di dunia untuk kategori sepur sempit 1067 mm! Karena dirasa kurang, SS tahun 1920 kemudian memesan lagi lokomotif uap dari pabrik Werkspoor, di negerinya sendiri. Kali ini Werkspoor merancang lokomotif seri SS1000(C53) dengan kecepatan bisa mencapai 120 km/jam. Namun sayangnya mengalami kesalahan desain dan perhitungan silinder uap hingga di saat uji coba ternyata hasilnya mengecewakan, pada kecepatan 90 km/jam sudah berguncang. Tetapi SS tetap membanggakan C53 di tahun 1925, tepat ulang tahun ke 50 SS. Biasanya lokomotif bendera ini dipercayakan menarik kereta api Eendagsche Expres dan Nacht Expres(Soerabaja-Batavia) sebagai kereta api kebanggaan SS. Di tahun 1920 SS juga memiliki lokomotif uap seri SS1300(C28) yang juga dapat berlari sampai 110 km/jam walaupun rancangan awal 90 km/jam. Para railfans pecinta kereta api pasti tahu seri lokomotif uap yang satu ini. Seri lain lokomotif uap cepat SS adalah SS1100(C27) yang bisa ngebut sampai 80 km/jam dan biasanya juga digunakan menarik kereta lokal cepat.

Lokomotif uap C28 tahun 1960an(source: Indra Krishnamurti)
Lokomotif uap C28 tahun 1960an(source: Indra Krishnamurti)

Kuda balap milik NIS

150-04m

Makin banyaknya arus penumpang dan barang di Vorstenlanden sampai Semarang membuat NIS merasa perlu memperkuat armada lokomotifnya, salah satunya memesan lokomotif uap cepat. Apalagi NIS juga bersaing dengan kereta api milik SS di lintas Djogja-Solo sejak dibangun jalur SS disebelah jalurnya. Pada tahun 1930 NIS sudah berencana memesan lokomotif uap cepat berbentuk streamline dari Werkspoor untuk didinaskan pada kereta api penumpang rute Djogja-Solo-Semarang. Sayang sekali perang dunia II berkecamuk membuat NIS batal mewujudkan impiannya. Namun NIS juga sebelumnya telah memiliki lokomotif cepat seri NIS370(DKA seri C51) dan beberapa lokomotif cepat bergauge 1435 mm.

Kuda balap SCS

Spesifikasi dan foto barik lokomotif SCS200 yang dipesan dari Beyer Peacock, mirip dengan lokomotif uap yang beroperasi di Inggris pada jaman itu
Spesifikasi dan foto pabrik lokomotif SCS200 yang dipesan dari Beyer Peacock, mirip dengan lokomotif uap yang beroperasi di Inggris pada jaman itu

Awalnya SCS(Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij) hanyalah perusahaan trem yang melayani jalur-jalur yang berpotensial angkutan gula di sepanjang Semarang hingga Cheribon yang memang banyak berdiri suikerfabriek/pabrik gula disana. Namun kelas trem kecepatannya akan lebih rendah daripada kereta api, sehingga SCS di tahun 1910-1915 memulai proses pengupgrade an dan perombakan jalurnya sehingga bisa dilewati kereta api sampai kecepatan 70 km/jam. Barulah kemudian SCS memesan lokomotif uap cepat seri SCS200(C54) pada tahun 1920an dan datang pada tahun 1922. Lokomotif ini menjadi andalan SCS menarik kereta api penumpang dan barang(kereta campuran).

Selamat Ulang Tahun ke-137 Jalur Soerabaja – Pasoeroean!

Suatu hari di tahun 1875, Mr. P.P. Van Bosse – Perdana Menteri Belanda tiba-tiba menemukan ide cemerlang untuk jalur kereta api S.S(Staatsspoorwegen) yang pertamanya yaitu dari Soerabaja hingga Pasoeroean, serta cabangnya hingga Malang, dengan total panjang 112 km. Setelah dibahas beberapa kali oleh para petinggi S.S, ternyata usulan tersebut disetujui. Saat itu S.S baru didirikan(6 April 1875) sebagai jawatan milik negara yang mengelola langsung kereta api di Hindia-Belanda. Berbagai rencana dan persiapan pembangunan jalur pertamanya itu dipersiapkan dengan matang, belajar dari kesalahan perusahaan KA pertama Hindia-Belanda NIS(Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij) yang salah mendesain jalur keretanya hingga mengalami krisis.

Anggaran negara sebesar f 1.000.000.- disiapkan. Pimpinan pembangunan dipimpin oleh David Maarschalk, salah seorang insinyur ahli sipil Belanda yang berpengalaman membuat desain jalur rel. Tak terlalu sulit membangun rel di lintas pantai utara hingga Karesidenan Pasoroean, namun yang menjadi masalah adalah lintas cabang ke Malang dikarenakan menanjak melintasi perbukitan terutama lintas Bangil hingga Lawang, sehingga banyak tenaga ahli Belanda terlibat dalam proyek besar tersebut termasuk juga ribuan kaum pribumi yang mengerjakannya.

Bouw van de spoorbrug over de Porong in de lijn van Soerabaja naar Malang, 1875-1879

Pembangunan jembatan kereta api di Porong(Foto: Tropenmuseum-Nederland)

Pembangunan dimulai pada tahun 1876. Kira-kira 2 tahun kemudian jalur pertamanya Soerabaja – Pasoeroean via Bangil berhasil diselesaikan terlebih dahulu. Pembukaan diadakan secara meriah dan diresmikan oleh Mr. J.W. Van Lansberge, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pada 16 Mei 1878. Kereta api pertama yang mengangkut para pejabat dielu-elukan sepanjang lintas Soerabaja hingga Porong. Momen ini menjadi tonggak bersejarah dimulainya era kejayaan perkeretaapian Hindia-Belanda karena pembangunan jalur baru oleh S.S terus dilakukan, hingga kereta api akhirnya menjadi alat transportasi andalan saat itu dari semua kalangan. Puncaknya pada era 1920-1930 dimana saat itu Hindia-Belanda memiliki sistem perkeretaapian terbaik se-Asia!

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Stationsgebouw_Surabaya_TMnr_10021960Bentuk stasiun Soerabaja S.S yang pertama(Foto: Tropenmuseum-Nederland)

ScreenHunter_101 May. 16 20.06
Pembangunan lijn Bangil hingga Malang dilakukan bersamaan dengan jalur Soerabaja – Pasoeroean yang berhasil diselesaikan tahun 1879, nampak pada foto pembangunan jembatan kecil di Sukoredjo(Foto: Tropenmuseum-Nederland)