Kereta Api Jaman Hindia-Belanda Pernah Nomor Satu se-Asia!

    Apa yang terlintas di pikiran Anda sewaktu mendengar kalimat judul diatas? Fakta sejarah mencatat kehebatan angkutan berbasis rel jaman Hindia-Belanda yang mencapai puncak masa emasnya di tahun 1920-1930an. Siapa sangka saat pencangkulan jalur rel pertama NIS pada 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Baron Sloet van De Beele di desa Kemidjen Samarang, sistem transportasi kereta api bakal menjadi booming pesat 50 tahun kemudian. Pada awal sebelum pembangunan rel pertamanya itu, jalur rel dianggap kurang penting urgensinya oleh kalangan pemerintah Hindia-Belanda dan menjadi perdebatan panjang. Saat itu tujuan dibangunnya jalur rel adalah mengangkut hasil bumi dan keperluan militer Belanda yang membutuhkan angkutan yang efisien. Tak hanya masalah itu saja, pada awal-awal dibuka kereta api komersial NIS ternyata belum mampu menutupi keuangan NIS sehingga banyak kalangan menilai proyek kereta api hanya membuang uang saja.

Seiring berjalannya dekade berikutnya, ternyata angkutan kereta api berkembang pesat, yaitu setelah pemerintah sendiri ikut terjun dalam mengelola perkeretaapian dan menyusun rancangan Undang-Undang baru yang mendorong kalangan swasta membangun jalur kereta api atau trem. Akhirnya berdiri banyak perusahaan partikelir baru yang membuka jalur-jalur baru sesuai konsesi yang diajukan ke pemerintah Hindia-Belanda. Masing-masing perusahaan tersebut mengelola angkutan rel di wilayahnya. Dengan adanya masterplan yang dikeluarkan pemerintah bagian transportasi Hindia-Belanda, membuat jalur kereta api terutama di Jawa menjadi sangat terencana dan terintegrasi antar kota di Jawa dengan tiap-tiap perusahaan kereta api. Pembangunan jalur baru sangat pesat karena transportasi rel dianggap menguntungkan bagi sektor ekonomi. Puncaknya pada dekade tahun 1920 angkutan rel menjadi tulang punggung mengangkut penumpang dan barang pos dan perdagangan hasil bumi. Ditambah lagi era tersebut adalah masa keemasan penghasil gula di Jawa menuntut angkutan yang efisien dan efektif sebagai sarana pengangkutannya.

12779277_10205801995401293_469021756232214366_o
Peta jalur kereta dan trem di Jawa dan Sumatera berdasarkan “Military Report on the Netherlands Possessions in the East Indies – 1919” yang diterbitkan oleh staf jenderal war office, nampak jalur yang sudah ada dan yang direncanakan akan dibangun.(sumber: KITLV, Nederland)
05651
Suasana bongkar muat di Haven(pelabuhan) Semarang yang terkoneksi dengan jalur rel NIS dan SCS.

Banyak orang-orang Eropa yang berwisata ke Jawa jaman itu terkagum melihat integrasi dan jangkauan jaringan kereta api yang memudahkan mereka menjelajahi keindahan Jawa. Tak jarang SS(Staatsspoorwegen) yang merupakan perusahaan kereta api pemerintah mempromosikan pariwisata Jawa disandingkan kehandalan keretanya dalam pengangkutan penumpang maupun barang(surat, pos, dan lain sebagainya).

Steeds Sneller

Semboyan “Steeds Sneller” seringkali dipakai sebagai kepanjangan dari SS yang selalu membuat kereta apinya menjadi lebih cepat. Hal ini bukan omong kosong belaka karena memang sejak tahun 1890 SS selalu menghadirkan inovasi baru seperti menghadirkan lokomotif cepat terbaru, pembangunan jalur rel pintasan, dan manajemen teknis dan pelayanan lainnya yang berpengaruh signifikan. Di tahun 1920 SS memesan lokomotif uap cepat seperti kelas C yaitu SS700 dan SS1300 sebagai langkah proyek kereta cepat SS. Saat uji coba lokomotif SS700(DKA: C50) dengan rangkaian kereta pernah mencapai angka 127 km/jam, tercepat di dunia untuk kategori rel sepur sempit 1067 mm! Masih belum puas juga SS meluncurkan kereta Eendaagsche Expres sebagai penghubung total pertama semenjak dipasang rel sepanjang jalur NIS Djogja-Solo, dan tak 6 tahun kemudian diluncurkan pula kereta tidur mewah Nacht Expres yang paling cepat dan mewah se-Asia untuk melayani perjalanan malam. Selengkapnya mengenai sejarah kereta-kereta cepat dapat dikunjungi di postingan sebelumnya.

12642711_1025392280851861_4326810707874005606_n
Pamflet SS yang menyediakan jasa pengiriman barang(sumber: Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia)
11081343_874706122587145_8604145262488076131_n
Poster promosi kereta api SS untuk pariwisata Sumatera dengan bahasa Belanda, Cina, Arab, dan Melayu.(sumber: Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia)

Kereta Listrik Serba Canggih

Teknologi kereta listrik sudah dimulai di Eropa memasuki abad ke 20 setelah Jerman mempeloporinya pada awal 1900. Saat itu baru beberapa lijn(rute) kereta api di negeri Belanda yang sudah dilakukan elektrifikasi. Namun Ternyata Belanda disamping itu juga mengutamakan pengembangan kereta listrik teknologi terkini dengan dilakukan elektrifikasi jalur kereta perkotaan Batavia(Jakarta) hingga Buitenzorg(Bogor) dan rencana panjang ke depan elektifikasi di Soerabaja – Malang sudah sempat terpikirkan.

c7356a06f4ca03a4cd9b20283bdabb5f
Beroperasinya kereta listrik pertama di Asia merupakan bukti kemajuan kereta api jaman itu, nampak pada foto lokomotif listrik pertama Heemaf saat ujicoba di Manggarai(sumber: Holechistorie, Nederland

Ini bukan elektrifikasi biasa, namun teknologi kelistrikan yang dipakai lebih modern dibanding di negeri Belanda sendiri sehingga sudah pasti rollingstock keretanya lebih canggih. Dan saat itu negara di Asia baru kita yang memiliki teknologi semacam ini. Tidak hanya melakukan elektrifikasi, ternyata ESS yang mengelola kereta listrik di Batavia saat itu juga mendesain blueprint jalur elevated(layang) sekitar lintas Manggarai-Meester Cornelis(Jatinegara).

Pelayanan

Dalam jasa transportasi kereta api, pelayanan adalah satu hal yang tidak bisa diabaikan. SS yang menyadari hal ini ternyata sudah melakukan strategi pelayanan kepada para calon penumpangnya dengan layanan oper/estafet, ketepatan dan kecepatan waktu perjalanan, hingga fasilitas pengangkutan bagasi dan barang penumpang lainnya.

Melihat sekilas masa lalu kereta api kita yang begitu cemerlang hingga menjadi dampak yang besar bagi negara, maka sudah selayaknya kini kereta api dikembangkan pesat lagi guna dijadikan angkutan massal utama demi kemajuan bangsa dan negara, bukan mengandalkan angkutan jalan yang justru merupakan sebuah kemunduran dalam sektor transportasi dan ekonomi.